Perasaan, Hati dan Langit.

Bagian terumit dari sebuah perasaan adalah mengontrolnya.
Bicara tentang perasaan, maka kita juga bicara tentang hati, dan bicara tentang hati, pasti tak akan berkesudahan, terlalu panjang dan menarik. Ah hati selalu menarik hati, bukan?

Kalian pernah merasakan marah? 
Mungkin karena masalah sepele yang seharusnya tidak masalah bagi kita, kita dengan gagahnya marah. 
Dan, 
Ketika itu kita merasa seperti ada dua hati yang tumbuh dalam tubuh kita, hati pertama ingin kita santai, hati kedua ingin kita marah.

Kalian pernah merasakan bahagia? 
Mungkin saat itu kita diberikan kenikmatan yang luar biasa dari-Nya, apapun itu, hadiah, kejadian menyenangkan, nilai bagus, atau hal sepele seperti ditelpon orangtua. 
Ketika itu, Hati, yang menghasilkan perasaan, akan merasakan bahagia, tapi apa yang terjadi? 
Kadang hati kita juga seolah bercabang menjadi dua, yang kanan ingin mensyukuri kebahagiaan kita, yang kiri ingin meminta lebih dan merasa itu kurang.

Kalian pernah ingin selalu “melawan hati” pada hal tertentu, tapi nyatanya kalian selalu kalah? 
Untuk yang ini, bisa saja banyak penyebab. Pada kejadian tertentu dan pada perasaan tertentu, hati kalian merasa senang akan hal tersebut, tapi kamu, ya kamu harus menghentikan sesegera mungkin. 
Karena semakin lama kamu menikmati, mungkin kamu akan terus terbawa ombak perasaan yang tak tahu akhirnya. Mungkin saja.

Untuk semua perasaan itu, marah, kecewa, bahagia, kalah, tak berdaya, menang, apapun, berjuta rasanya, yang terpenting adalah bagaimana kita mengontrolnya. Tidak berlebihan tapi juga tidak meratapi. Tidak pasrah terbawa arus, tapi juga harus tegas menghentikan arus.


Dan akhirnya, bagiku, semua perasaan adalah dari-Nya, karena itu masalah perasaan juga bukan Cuma urusan hati, tapi urusan langit. Oleh sebab itu, Libatkan Alloh dalam segala hal dalam hidup kita, di setiap urusan urusan kita. 

Ikuti kata hati hai diriku, dirimu, diri kita. Tapi sebelum itu, pastikan dia layak disimak dengan selalu menyambungkannya ke langit. Tak mudah, memang. Tapi, upayalah. :)

With Love,
Farinda. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTARA CINTA, SAHABAT, dan KAMUFLASE KEHIDUPAN...

at the End of September Harmony

Manusia Millenia