Pipa Pembuangan Terkotor,
Persis delapan tahun silam,
Saya, ummi, adek Firda dan adek Rara.
Pemahaman baik yang selalu ummi berikan pada kami agar kami tak memiliki perangai tercela-satu persatu ummi tanamkan pada kami yang takkan pernah bisa kami lupakan-
...
"Kalian tahu lubang pembuangan paling kotor di dunia?" Ummi bertanya lembut sembari tangannya sigap membereskan sisa makanan kami di meja makan.
"Mungkin lubang toilet di rumah, Mik!" Firda jawab-seperti biasa sok-tahu.
Ummi menggeleng. Bukan itu.
"Mungkin tempat sampah kita dibelakang, Mik!" Rara ikut menjawab-sepertu biasa ngasal.
"Hey, mana ada lubangnya di sana? selalu Rara asal bunyi saja."
Ummi meneguk segelas air putih, lantas melirik padaku.
"Mungkin pipa pembuangan pabrik karet, Mik!" Aku ikut menjawab.
"Bukan. Meski mbak-panggilan ummi untukku-benar, memang bau sekali pipa itu, membuat ummi selalu mual dan ingin muntah ketika tak sengaja melewati tempat pembuangan limbah itu."
Dan kami terdiam. Satu menit. Hanya suara tetes air kran dikamar mandi yang terdengar. Lima menit.
"Kalian mau tahu?" Ummi menatap kami lamat-lamat.
Kami semua mengangguk. Ah, kalau sudah begini, cara ummi bercerita dramatis sekali, kami menatap antusias wajah syahdu wanita kesayangan kami itu,
"Lubang pembuangan terkotor di dunia adalah mulut kita." Ummi menghela napas pelan,"Mulut kitalah yang setiap hari mengeluarkan bau paling memualkan, mulut kitalah yang tega mengunyah bangkai, mulut kitalah yang menelan lantas memuntahkan kotoran busuk..."
"Andaikata kalian bisa menjaganya, tetap kebanyakan dari kalian tidak bisa menghindari mulut mengeluarkan sampah-sampah tidak berguna, meski tidak bau dan tidak mengganggu. Kalian tetap sering mengeluarkan ucapan mubadzir, perkataan sia-sia. Apalagi yang sama sekali tidak bisa menjagamya. Sungguh itulah lubang pembuangan terkotor di dunia,"
Kami terdiam. Amat mengerti kemana arah perkataan ummi.
"Bergunjing itu jahat." Lanjut ummi,"Kalian tahu laksana apa seorang yang suka bergunjing? Laksana dia mengunyah bangkai saudaranya itu. Jika kalian justru ramai-ramai melakukannya, maka itu ibarat berpesta pora mengunyah bangkai busuk, penuh belatung dan nanah. Menjijikkan, bahkan babi sekalipun tidak mau melakukannya. Tetapi tiulah kebenarannya, hanya mulut paling kotor sedunialah yang tega memakannya. Tidak lebih tidak kurang."
...
Pengertian dan pemahaman baru dari ummi siang itu, masih selalu terngiang di mind-set-ku. Sesuatu berharga yang membentuk pola kepribadian diriku khususnya-semoga begitu halnya dengan kedua adekku-harapan ummi agar kami bisa terus ber-metamorfosa menjadi kupu kupu indah, dengan akhlaqul kariimah sesuai syari'at agama kami.
With Love
Farinda :)
Saya, ummi, adek Firda dan adek Rara.
Pemahaman baik yang selalu ummi berikan pada kami agar kami tak memiliki perangai tercela-satu persatu ummi tanamkan pada kami yang takkan pernah bisa kami lupakan-
...
"Kalian tahu lubang pembuangan paling kotor di dunia?" Ummi bertanya lembut sembari tangannya sigap membereskan sisa makanan kami di meja makan.
"Mungkin lubang toilet di rumah, Mik!" Firda jawab-seperti biasa sok-tahu.
Ummi menggeleng. Bukan itu.
"Mungkin tempat sampah kita dibelakang, Mik!" Rara ikut menjawab-sepertu biasa ngasal.
"Hey, mana ada lubangnya di sana? selalu Rara asal bunyi saja."
Ummi meneguk segelas air putih, lantas melirik padaku.
"Mungkin pipa pembuangan pabrik karet, Mik!" Aku ikut menjawab.
"Bukan. Meski mbak-panggilan ummi untukku-benar, memang bau sekali pipa itu, membuat ummi selalu mual dan ingin muntah ketika tak sengaja melewati tempat pembuangan limbah itu."
Dan kami terdiam. Satu menit. Hanya suara tetes air kran dikamar mandi yang terdengar. Lima menit.
"Kalian mau tahu?" Ummi menatap kami lamat-lamat.
Kami semua mengangguk. Ah, kalau sudah begini, cara ummi bercerita dramatis sekali, kami menatap antusias wajah syahdu wanita kesayangan kami itu,
"Lubang pembuangan terkotor di dunia adalah mulut kita." Ummi menghela napas pelan,"Mulut kitalah yang setiap hari mengeluarkan bau paling memualkan, mulut kitalah yang tega mengunyah bangkai, mulut kitalah yang menelan lantas memuntahkan kotoran busuk..."
"Andaikata kalian bisa menjaganya, tetap kebanyakan dari kalian tidak bisa menghindari mulut mengeluarkan sampah-sampah tidak berguna, meski tidak bau dan tidak mengganggu. Kalian tetap sering mengeluarkan ucapan mubadzir, perkataan sia-sia. Apalagi yang sama sekali tidak bisa menjagamya. Sungguh itulah lubang pembuangan terkotor di dunia,"
Kami terdiam. Amat mengerti kemana arah perkataan ummi.
"Bergunjing itu jahat." Lanjut ummi,"Kalian tahu laksana apa seorang yang suka bergunjing? Laksana dia mengunyah bangkai saudaranya itu. Jika kalian justru ramai-ramai melakukannya, maka itu ibarat berpesta pora mengunyah bangkai busuk, penuh belatung dan nanah. Menjijikkan, bahkan babi sekalipun tidak mau melakukannya. Tetapi tiulah kebenarannya, hanya mulut paling kotor sedunialah yang tega memakannya. Tidak lebih tidak kurang."
...
Pengertian dan pemahaman baru dari ummi siang itu, masih selalu terngiang di mind-set-ku. Sesuatu berharga yang membentuk pola kepribadian diriku khususnya-semoga begitu halnya dengan kedua adekku-harapan ummi agar kami bisa terus ber-metamorfosa menjadi kupu kupu indah, dengan akhlaqul kariimah sesuai syari'at agama kami.
With Love
Farinda :)
Komentar
Posting Komentar