Balada Wanita
Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Semarang, 01-06-2014
Dalam perenungan panjang, membuat saya mengambil 'ibrah dan kesimpulan sendiri terhadap kenyataan itu.
Dalam perenungan panjang, membuat saya mengambil 'ibrah dan kesimpulan sendiri terhadap kenyataan itu.
Beberapa pekan lalu saya bersama paman dan bibi serta dua putranya singgah di sebuah rumah, baru saja kami sampai di halaman rumahnya kami disambut hangat oleh sang empunya rumah, sepasang kakek nenek, yang langsung menggendong cucunya. Menciuminya berulang-ulang. Si sulung dua tahun itu dibopong kakek, dan adiknya terlelap di gendong neneknya. Ada gurat bahagia terpancar dari wajah keduanya, sudah setahun cucu-cucunya tak pulang. Kali ini, rasanya tak ada alasan untuk tidak memeluknya lebih lama.
Saya
sendiri baru pertama kali singgah di rumah itu, rumah besar bergaya joglo,
rumah budaya di pedalaman Gunung Kidul. Saat kami sampai pukul 00.00 WIB, tak ada suara lain kecuali tokek dan dua orang kakek nenek itu yang mencandai
cucunya. Lepas.
“Mbah
tinggal berdua saja ammah”, tanyaku
“Iya
mbak, saya kan cuma tiga bersaudara semuanya perempuan . Semuanya ikut suami”
Saya
hanya bisa ber-oh….
Anak
perempuan, dilahirkan, dibesarkan, dididik saat ia sudah mendewasa, santun dan
terdidik seorang lelaki tertarik padanya. Ia kemudian dipinang, dinikahi dan
dibawa suaminya mengarungi hidup bersamanya. Perlahan meninggalkan rumahnya.
Meninggalkan
ayah dan ibunya, meninggalkan adik-adiknya, meninggalkan kamar dan semua ruang
yang ia diami sebelumnya. Ruang kehidupannya dari kecil hingga dewasa. Meski
ada juga yang tak sepenuhnya pergi, artinya rumahnya dekat dari orang tuanya
juga ada yang masih tinggal serumah dengan orang tuanya dan justru suami yang
mengikuti tinggal dirumahnya. Namun kebanyakan istri mengikut suaminya. Dan
memang begitulah fitrahnya.
Ketika
seseorang lahir sebagai wanita, maka ia telah dibekali oleh Tuhan sebagai
makhluk yang siap menjadi istri, siap menjadi ibu, siap mendidik dan
mendampingi suami dan anak-anaknya. Siap pergi mengikuti suaminya, berjuang
meniti kehidupan selanjutnya, kehidupan mandiri sebagai ibu dari sebuah rumah,
rumahnya sendiri.
Kembali
ke rumah itu, saya kembali merenung, sesungguhnya orang tua yang mempunyai anak
gadis itu resah, resah bagaimana ia harus mencarikan jodoh yang terbaik bagi
putrinya. Ketika sudah dapat pilihannya, mereka kembali resah, resah karena
sebentar lagi putrinya akan pergi. Pergi bersama imamnya yang baru. Nasehatnya
turun di tangga kedua bagi putrinya karena tangga pertama telah ditempati
lelaki yang menikahi putrinya, yang telah berikrar didepannya, bersedia untuk menggantikan posisi keduanya untuk menjaga dan melindungi anak gadisnya.
Keresahan
yang tersembunyi dibalik kebahagiaan diselimuti kerinduan dan doa. Dalam
resahnya abah tak henti mendoa semoga anak gadisnya bahagia, semoga pria yang
menikahinya bisa melindunginya dan bertanggung jawab pada hidupnya seperti ia
menjaga dulu. ummi berdoa semoga anak gadisnya bisa membahagiakan suaminya,
takdzim dan menjaga hatinya, menghebatkan kariernya dan mendidik anak-anaknya.
Wanita dengan segala kelemahan dan kelebihannya, telah dijaga sepenuhnya oleh orang
tuanya, ketika kau telah mengambil tanggung jawab dirinya dari orang tuanya
maka jagalah ia sepenuh hatimu, karena orang tuanya telah mempercayakannya
padamu. Agendakanlah dalam kesibukanmu untuk membawa wanitamu pulang ke
rumahnya, bertemu ayah dan ibunya biarkanlah mereka melepas rindu, bercanda
dengan anak-anakmu, cucunya.
Kaum Adam,
sebelum kau memilihnya menjadi istrimu, mintalah restu dari orang tuanya dan
orang tuamu. Karena mereka yang memiliki, jangan hanya karena cinta seenaknya
saja kau bawa ia pergi. Melengganglah dengan anggun bersama wanitamu dengan
membawa senyum restu dan doa mereka.
Wanita,
selama kau masih sendiri, gunakan waktumu untuk menoreh bahagia dan takzim pada
orang tuamu, patuh pada nasehatnya. Bermanja-manjalah sepuasnya pada abah dan ummimu, raih surga pertamamu sebelum kau pergi bersama lelaki yang kau pilih dan
menikahimu, yang kata-katanya wajib kau ikuti, menempati tangga pertama dan
orang tuamu di tangga kedua. Karena surgamu ada padanya-pada lelakimu,
pendampingmu, sahabat hidupmu, ayah dari putra-putrimu-kelak.
Wallahu’alambisshowab.
with love :)
Farinda.
Komentar
Posting Komentar