Hidup saya lumayan tenang sebab saya tidak pernah merisaukan apa yang dipikirkan orang tentang diri saya. Buat apa? Toh saya tidak hidup di dalam pikiran mereka. Bukannya bermaksud masabodoh atau meremehkan pendapat orang lain. Dengan senang hati saya akan membuka hati dan diri saya kepada siapa saja yang ingin menanyakan ihwal diri saya, kehidupan saya, masa lalu, dan segala sikap dan tindakan saya, selama itu ada faedahnya bagi si lawan bicara. Otherwise, I will simply clam up and cherish my blissful nonchalance.
Assalamualaikum, Beijing !
Ajarkan aku mantra pemikat cinta Ahei dan Ashima, maka akan kutaklukkan penghalang segala rupa agar sampai cintaku padanya. *** Dewa dan Ra adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta. Tapi arah angin mengubah Dewa. Sebagai busur, dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panah melesat tanpa daya. Sebagai laki-laki pengagum mitologi, Zhongwen ibarat kesatria tanpa kuda. Sikapnya santun dan perangainya gagah, tapi langkahnya tak tentu arah. Dia berburu sampai negeri jauh untuk mencari Tuhan sekaligus menemukan Asma, anak panah yang sanggup meruntuhkan tembok besar yang membentengi hatinya. Dan di manakah Ra ketika dalam kegamangan Asma menelusuri Tembok China, menjejakkan kaki di pemakaman prajurit Terakota dan menjelajah dunia dongeng si cantik Ashima dari Yunnan? Dua nama, satu cinta. Ra yang mencampakkan Dewa. Asma yang berjuang melupakan lelaki berahang kukuh yang diam-diam memujanya. Bersama, me...
Komentar
Posting Komentar