Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Kuncinya Mengaji Al-Qur'an

Gambar
Wasiat Almaghfurlloh Mbah Arwani Al-Hafidz Kuncine Ngaji Al Qur'an iku ono Telu : 1. Ojo nyawang sopo Gurune 2. Ora usah isin karo umur 3. Suwe waktune ... Ora gelem ngaji Al Qur'an mergo pangkat/kedudukan gurune luwih rendah ? Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW iku Muride malaikat Jibril as ing babakan Wacan Al Qur'an. Beliau SAW ora isin ngaji Al Qur'an (musyafahah) marang malaikat Jibril as senajan secara pangkat derajat/kedudukan malaikat Jibril as iku luwih rendah. (Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji al Qur'an karena kedudukan guru lebih rendah. Nabi Muhammad SAW saja tidak malu mengaji alquran kepada malaikat jibril walaupun derajat Rasululloh jauh diatas malaikat Jibril) Males ngaji Al Qur'an mergo umur wis Tua ? Gusti kanjeng Nabi Muhammad SAW iku mulai ngaji Al Qur'an marang malaikat Jibril as umur 40 Tahun. (Tidak boleh ada lagi alasan tidak mau mengaji Al Qur'an karena umur sudah tua. Nabi Muhammad saja ...

No Pain No Gain, Gan! ^^

Saya termasuk orang yang berprinsip "no pain no gain" . Apa pun keinginan dan tujuan kita, selalu butuh proses dan "sakit" dulu. Mau hidup sehat, tapi tidak mau capek olahraga atau menjaga pola makan, malah memilih obat pelangsing atau sedot lemak, menunjukkan kita sebagai makhluk instan. Tidak mau susah, tapi mau hasil yang cepat. Seperti halnya mie instan: cepat, enak, tapi tidak sehat. Padahal sejatinya hidup adalah berproses . Sejak bayi kita tidak langsung bisa berdiri atau cari makan sendiri seperti beberapa bayi binatang. Artinya Tuhan memang menyuruh manusia untuk berjuang, berusaha keras demi mencapai tujuannya. Lihatlah bayi yang tidak kenal menyerah demi bisa tengkurap, duduk, berdiri, berjalan. Awalnya seperti mustahil, tapi jika dilakukan secara rutin, hasilnya sangat luar biasa, mereka bisa berjalan bahkan berlari. Orang hebat, menurut saya, adalah orang yang konsisten. Orang konsisten mampu mengatasi beratnya memulai, bertahan dalam rasa...
Sekali lagi saya melihat fitnah yang cukup mampu mengotori hati. Para pembuat fitnah yang hobinya merekayasa segala hal dan mengorek-orek (menggali hingga tak bersisa celah kebaikan sedikitpun) kesalahan orang lain mungkin sudah siap dengan kaplingan luas mereka di neraka. Yah, Mungkin... Lalu yang saya  sayangkan  adalah mereka yang berhati baik, ibadah sembahyangnya rajin, shodaqoh lancar, bertutur sopan, berperilaku santun    malah  yang ikut-ikutan menyebarkan fitnah tersebut, yang akhirnya menjalar ke mana-mana, lalu sampai ke jutaan orang, dan mengotori hati kita semua. Tidakkah mereka tahu fitnah yang mereka sebar seenaknya dengan penuh kebencian tanpa klarifikasi itu laksana najis yang mereka bagikan ke saudara-saudaranya, lalu mengendap di hati mereka semua. Beribadah sambil membawa najis di hati, bukankah itu penghinaan seorang hamba kepada Tuhannya?
Kagum itu manusiawi, sedang ikhlas melepas itu pilihan!  (I think) You may know, aku pernah membayangkan kita bisa membangun hari kedepan bersama, memasuki mahligai emas rumah tangga berdua, menghadapi arus kehidupan berdua, menjalani detik demi detik pada menit menuju jam berbagi dengan bulan bulan hingga tahun dimana salah satu kita menghembuskan nafas terakhir. Kurasa itu lumrah sekali dan terjadi hampir pada semua orang yang berakal sehat, kagum akan sosok lelaki sholeh, bijak penuh santun, cerdas namun tetap rendah hati, dan berjiwa pemimpin sepertinya.  Tapi, aku tahu, aku tak mau mendahului Engkau atas perkara ini Aku bukan pendongengboneka tangan yang bisa menentukan sendiri jalan cerita ini atas kehendakku Aku pun tak menjamin apakah rasa ini benar-benar nyata walau sudah sekian lama hinggap di relung terdalamnya, hati.  Aku pikir-mungin kau juga-bahwasanya kita punya jalan cerita masing-masing untuk menjemput masa depan. (Meski berat tap...